Senin, 21 Januari 2019

Pada Akhirnya, Jarak dan Kesempatan kembali yang Memisahkan

Di postingan kali ini, saya ingin membagikan pengalaman mengenai keikhlasan merelakan dan melepaskan seseorang.

Berat.. ya sangat berat, saya sudah tidak bisa menggambarkan rasanya seberat apa rasanya kita harus melepaskan seseorang yang teramat kita hargai dan cintai.

Empat tahun lebih bersama,
Empat tahun banyak kenangan suka dan duka,
Empat tahun rasanya tidak terasa,
Empat tahun yang kukira untuk selamanya,
Ternyata tidak...

Lebih berat saya harus melepaskannya dalam keadaan kita yang sedang baik-baik saja.

Sebelumnya sudah ada perasaan masing-masing kalau hubungan kita ini akan berakhir, tapi kita berdua sendiri tidak tahu akan berakhir dengan mengapa dan bagaimananya...

Ternyata ada tiga hal yang menjadi alasan..

1. Jarak
2. Kesempatan
3. Orang Tua

Saya tidak ingin menjabarkan dari masing-masing poin tersebut apa, karena sama saja membuka aib saya dan dia sendiri. hehe

Saya berterima kasih dengan Empat tahun itu saya belajar tentang apa yang namanya berjuang, memperjuangkan, dan diperjuangkan, saya belajar tentang apa yang namanya menghargai waktu dan kebersamaan, saya belajar banyak hal, saya belajar banyak pengalaman, dan tidak ada yang disesali.

Saya sangat berterima kasih dengannya....

Memang berat awalnya untuk melepas dan merelakannya, saya memutuskan untuk seperti ini pun tidak langsung dengan mudahnya, saya melewati perang batin yang cukup lama, saya mengalami naik-turun pikiran dan perasaan, banyak pertanyaan-pertanyaan dalam pikiran untuk hati saya yang semakin banyak dan semakin tidak bisa saya jawab, saya merasakan untuk bisa menyelaraskan antara hati dan logika agar bisa jalan beriringan...

Bukan saya tidak bisa berjuang dengan hubungan jarak jauh ini (LDR), namun kesempatan sendiri lah yang memisahkan..

Berat? jujur berat sekali...
Sebelumnya saya sudah mengenal baik orang tuanya, orang tuanya pun sudah mengenal baik saya.
Begitu pun sebaliknya,
Namun, untuk sesama orang tua sebelumnya belum ada bahasa atau omongan satu kata pun.
Mungkin itu rahasia Allah juga.

seumur-umur, saya baru kali itu merasakan galau yang benar adanya, yang belum pernah dirasa sebelumnya. Tidak bisa tidur malam selama 2 minggu lamanya, setiap ada pikiran maupun pertanyaan muncul, air mata langsung keluar.

saya akhirnya mencari jalan keluar dengan cara apa?

Pertama saya mencoba untuk bercerita dengan orang tua saya, saya terbuka dengan mereka, setidaknya beberapa pikiran bisa saya luapkan.

Kedua, saya tidak hentinya berdoa, solat malam, dan solat istikharah untuk minta diberikan ketenangan hati, dihilangkan rasa gelisah, dan segera diberi jalan keluar dan titik terang untuk ke depannya.

Intinya, selalu libatkan Allah dan ridho orang tua dalam setiap pengambilan keputusan. Insya Allah akan diberi kemudahan.

Alhamdulillah, Allah Maha Baik, Allah Maha Sayang...
Hati dan perasaan saya perlahan bisa lebih tenang,
Hati dan perasaan saya mulai bisa berjalan beriringan dengan logika saya..

Mungkin ini yang terbaik,
Saya sudah berusaha berjuang dan menemani semaksimal mungkin,
Setidaknya tiada penyesalan menjalin hubungan dengannya yang sampai kapan pun tidak bisa terlupakan.
Kita berawal dengan baik-baik, berakhir pun dengan baik-baik,
Semoga masing-masing dari kita dapat menjadi yang lebih baik lagi walau tidak bisa saling mendampingi seperti kemarin-kemarin.
Silaturahmi harus selalu terjaga.
Memang sangat menyakitkan untuk beberapa waktu ini, namun percayalah semua cerita ini akan selalu menjadi kenangan yang amat tidak bisa terlupakan dan tergantikan.
Dan saya percaya, kita bisa melewati masa-masa transisi dari empat tahun kembali menjadi 0.

Terima Kasih...
Sekarang waktunya tuk berfokus untuk diri masing-masing, jadikan semua ini adalah motivasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik, tiada benci maupun dendam yang tersembunyi.
Jangan sampai menyisakan rasa sesal, karena setiap keputusan semua sudah ada resiko dan pasti ada hikmahnya.
Pintu silaturahmi selalu terbuka untukmu.


Bismillah untuk hal yang sangat amat lebih baik,
Selalu berhusnudzon dengan rencana Allah SWT, kita tidak tahu dibalik ini semua ada pelangi apa yang sudah Allah siapkan untuk kita masing-masing bukan?!
Pastinya itu adalah sesuatu yang lebih baik.


Terima kasih, Empat Tahun ku,
Terima kasih, Kalimantan ku,
Terima kasih, Malang ku,
Terima kasih, Beleng ku,
Terima kasih, Bengkel ku,
Terima kasih, Sepeda ku,
Terima kasih, Coro ku,
Terima kasih, Wedus ku,
Terima kasih, Harapan ku.

Kelak kita kan bertemu dan sudah menjadi pribadi yang lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar